Kamis, 15 Januari 2009

JENIS TANAMAN LANGKA YANG DITANAM DI ARBORETUM UNPAD

JENIS TANAMAN LANGKA YANG DITANAM DI ARBORETUM UNPAD PADA TANGGAL 27 MARET 2007

1. KEPUNDUNG (MENTENG)

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Baccuria rasemosa

Family EUPHORBIACEAE

Deskripsi :pohon, tingginya 15-25 m, diameternya 25-70 cm, tajuknya padat dan tak teratur. Daunnya bundar telur-lonjong sampai bundar telur sungsang, berukuran (7-18) cm x (37) cm, berkelenjar, bertangkai daun dengan panjang 0,5-4,5 cm, penumpunya segitiga. Perbungaannya muncul dari cabang tua atau dari batang; tandan jantan panjangnya 5-12 cm, tersusun atas banyak sekali bunga yang berkelompok tiga-tiga, berbentuk payung menggarpu, berbulu lebat, bunga jantan kecil-kecil sekali, daun kelopaknya 4-5 helai, benang sarinya 4-8 utas; tandan betina berukuran panjang 10-20 cm, bunga betina sendiri-sendiri atau berkelompok, berukuran agak besar, daun kelopak 5 helai, bakal buah beruang 3-4. Buahnya berdiameter 2-2,4 cm, berwarna hijau kekuning-kuningan atau kemerah-merahan. Dalam B, racemosa dibedakan adanya dua forma: yang satu daging buahnya putih (menteng), dan yang satu lagi daging buahnya merah (bencoy); kedua bentuk ini memiliki buah yang rasanya asam dan manis.

Manfaat

Jenis ini dipelihara, terutama untuk hasil buahnya. Buah yang segar mungkin dapat lebih populer jika kultivar yang rasanya asam diganti dengan yang manis, dan jika dagingnya tidak menempel kepada bijinya (karenanya biji sering ditelan). Buahnya juga dimanfaatkan untuk setup; mungkin dijadikan asinan, atau difermentasi menjadi anggur. Sebagian besar jenis Baccaurea menghasilkan kayu yang baik sekali, merupakan produk utama berbagai jenis minor, walaupun untuk beberapa jenis buahnya dapat dimakan juga. Kayunya digunakan untuk bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, sama halnya dengan pohon-pohon kauliflora lainnya, Baccaurea dianggap sebagai pohon perambat yang baik untuk rotan. Jenis-jenis yang dibudidayakan membentuk tajuk yang bagus dan dapat dimanfaatkan juga sebagai tanaman hias dan pohon pelindung. Kulit kayu beberapa jenisnya, dengan dicampur berbagai ramuan, digunakan untuk mewarnai sutra menjadi kuning, merah, atau lembayung muda, melalui proses pewarnaan yang dalam bahasa Melayu disebut 'pekan'. Kulit kayu ini digunakan juga untuk mengobati mata bengkak.

Syarat Tumbuh

Habitat alami Baccaurea adalah hutan tropik dataran rendah, dari hutan Dipterocarpaceae sampai hutan rawa-gambut. Tumbuh baik di hutan tropik dataran rendah lembap, lebih sering tumbuh di bawah 500 m dpl., walaupun pohon liar dijumpai pula sampai ketinggian 750 m dpl. (rambai) dan 1.000 m dpl. (kapundung). Satu-dua jenis minor tumbuh di atas. 1.000 m dpl. Pohon-pohonnya dijumpai pada tipe-tipe tanah yang luas variasinya, dari tanah pasir yang kering sampai rawa gambut, tetapi jenis-jenis ini tampaknya bereaksi baik terhadap tanah yang lebih baik; rambai menyenangi tanah aluvial di dekat sungai atau di tempat-tempat yang mudah terjangkau air.

2. Kemang

Mangifera caesia

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Family Anacardiaceae

Deskripsi : Pohon ini habitatnya pada dataran rendah, atau tanah liat yang berpasir. Tinggi mencapai 30 m. Pinggir daunnya membulat. Bunga berwarna ungu atau mareh muda, dengan 5 mahkota dengan panjang 0.7 cm. Buahnya berbentuk drupa yang elips besar dan dapat dimakan dengan panjang 10-15 cm dan lebar 6-8 cm, kulitnya tipis berwarna coklat dengan pola-pola yang gelap, daging buah berwarna kuning pucat, dan mempunyai wangi yang kuat dan rasa yang manis-asam.

Manfaat: buahnya dapat dimakan dengan cabe rawit ataupun kecap. Sedangkan batangnya dapat dijadikan kayu untuk konstruksi ringan.

Cara berkembang biaknya melalui sebaran biji oleh hujan, sehingga dapat tersebar dengan luas.

3. Bisbol

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Diospyros philippensis

Disebut juga buah mentega atau buah samolo, hanya ditemukan diwilayah Bogor dibanding dengan daerah Jabodetabek lainnya. Secara etimologi berarti buah yang berbulu halus. Buah ini bukan asli dari Indonesia, namun berasal dari kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Buah ini didatangkan sebagai koleksi tanaman dalam Kebun Raya Bogor. Buah ini masih berfamili dengan buah Kesemek. Hidupnya di dataran rendah yang panas.

Deskripsi : tumbuh dengan baik hampir di semua jenis tanah sampai dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut asalkan mendapat curah hujan yang cukup sepanjang tahun. Tajuk pohonnya simetris dan agak melebar, daunnya lebat dan rimbun, dan dikombinasikan dengan warna buahnya yang merah beludru. Pada saat muda, warna kulit buah hijau muda berbulu, menjelang masak warna kulitnya berubah menjadi hijau kecoklatan, dan pada saat masak penuh, warnanya berubah menjadi merah beludru. Buahnya berbulu yang bila terkena kulit akan membuat gatal. Setelah dipetik buah yang disimpan selama 2-3 hari akan menjadi lunak dan muncul aroma.Daging buah masak, berwarna putih hingga krem. Teksturnya empuk padat, halus, seperti mentega, kurang berair, dan rasa dagingnya manis-tanggung. Aroma buahnya, seperti campuran dari keju - mentega yang timbul dari permukaan kulitnya. Sedangkan daging buahnya sendiri setelah dikupas sama sekali tidak beraroma.

Manfaat : buahnya dapat dimakan dengan kandungan gizinya yang lebih tinggi disbanding buah tropika lainnya seperti vitamin B, kalsium, dan zat besi.

4. Matoa

Pometia pinnata

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Family Sapindales

Merupakan tanaman khas Papua. Buahnya mempunyai rasa seperti rambutan, durian dan lengkeng.

5. Buah Buni

Antidesma reticulate

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

6. Nam-Nam

Cynometro cauliflora

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

7. Manggis

8. kenari

9. Matea

Daftar pustaka :

www.iptek.net

http://en.wikipedia.org/wiki/Jack_(tree)

www.kompas.com

6. Bisbol/samolo

Diospyros philippensis

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Suku : Ebenaceae

Marga : Diospyros

Spesies : D. blancoi

Deskripsi

Disebut juga buah mentega atau buah samolo, hanya ditemukan diwilayah Bogor dibanding dengan daerah Jabodetabek lainnya. Secara etimologi berarti buah yang berbulu halus. Buah ini bukan asli dari Indonesia, namun berasal dari kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Buah ini didatangkan sebagai koleksi tanaman dalam Kebun Raya Bogor. Buah ini masih berfamili dengan buah Kesemek. Hidupnya di dataran rendah yang panas.

Tumbuh dengan baik hampir di semua jenis tanah sampai dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut asalkan mendapat curah hujan yang cukup sepanjang tahun. Tajuk pohonnya simetris dan agak melebar, daunnya lebat dan rimbun, dan dikombinasikan dengan warna buahnya yang merah beludru. Pada saat muda, warna kulit buah hijau muda berbulu, menjelang masak warna kulitnya berubah menjadi hijau kecoklatan, dan pada saat masak penuh, warnanya berubah menjadi merah beludru. Buahnya berbulu yang bila terkena kulit akan membuat gatal. Setelah dipetik buah yang disimpan selama 2-3 hari akan menjadi lunak dan muncul aroma.Daging buah masak, berwarna putih hingga krem. Teksturnya empuk padat, halus, seperti mentega, kurang berair, dan rasa dagingnya manis-tanggung. Aroma buahnya, seperti campuran dari keju - mentega yang timbul dari permukaan kulitnya. Sedangkan daging buahnya sendiri setelah dikupas sama sekali tidak beraroma.

Manfaat

Buahnya dapat dimakan dengan kandungan gizinya yang lebih tinggi disbanding buah tropika lainnya seperti vitamin B, kalsium, dan zat besi.

7. Buni

Antidesma reticulate

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Taksonomi




Deskripsi

Buni (Antidesma bunius (L.) Spreng.) berbentuk pohon yang meluruhkan daunnya, tumbuhnya sesuai dengan model arsitektur Rauh, tingginya 3-10(-30) m, batang pokoknya tegak, biasanya bercabang rendah. Daun-daunnya berseling, berbentuk lanset-lonjong, berukuran (19-25) cm X (4-10) cm, pangkalnya tumpul atau membundar, ujungnya luncip (acuminate) atau tumpul, pinggirannya rata, teksturnya menjangat, berkilap, tulang daun utama menonjol di lembaran bawah daun, panjang tangkai daun mencapai 1 cm. Perbungaan berada dl ujung atau di ketiak daun, berbentuk bulir sempit atau tandan, berbunga banyak, panjang perbungaan 6-20 cm; bunga jantan tidak bertangkai, daun kelopak mirip cawan, memiliki 3-4 cuping yang pendek, membundar, bersilia, berwarna kemerah-merahan; bakal buah yang rudimenter, berada di atas cakram berdaging; bunga betina bertangkai, daun kelopak mirip cawan-genta, bercuping 3-4, berukuran kira-kira 1 mm x 2 mm, tidak rontok; bakal buah berbentuk bulat telur sungsang, kepala putik 3-4 butir, cakramnya kecil; pada pohon betina seringkali sebagian besar bunganya sempurna. Buah berupa buah batu, berbentuk bulat atau bulat telur, berdiameter 8-10 mm, berwarna merah kekuning-kuningan sampai ungu kebiru-biruan, mengandung banyak sari buah. Biji berbentuk bulat telur-Ionjong, berukuran (6-8) mm x (4,5-5,5) mm. Informasi mengenai pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan jarang dijumpai. Tampaknya terjadi variasi antar-pohon dalam semai, juga dalam saat mekar bunga dan hasil panen; mengenai hasil ini dapat diperburuk oleh perbedaan dalam intensitas penyerbukan. Di Indonesia, periode pembungaan jatuh pada bulan September-Oktober, dan waktu panennya pada bulan Februari-Maret di Indonesia, Juli-Agustus di Filipina, dan Juli-September di Vietnam bagian utara.

Manfaat

Buah buni yang matang dapat dimakan dalam keadaan segar, tetapi dapat mewarnai mulut dan jari. Buahnya yang mentah agak asam rasanya, dan karena buah-buah dalam satu tandan tidak bersamaan matangnya, maka buah buni seringkali digunakan untuk pembuatan selai dan jeli. Sari buah dari buah yang matang benar berguna sebagai minuman penyegar dan menghasilkan anggur yang istimewa. Orang Indonesia membuat saus-asem ikan dari buah buni. Daun mudanya juga berguna untuk memberi aroma ikan atau daging rebus (stew), dan baik buah muda maupun daun muda dapat digunakan sebagai pengganti cuka. Daun muda juga dimakan sebagai lalap dan dimasak dengan nasi. Kulit dan daun mengandung alkaloid yang memiliki khasiat obat, tetapi dilaporkan juga beracun. Kayunya berwarna kemerah-merahan dan keras tetapi kurang bermanfaat. Di Filipina, pohon buni biasanya tumbuh di semak-semak, dl lahan terbuka dan di hutan sekunder; seperti halnya beberapa jenis lain dalam marga ini, buni memiliki nilai untuk reklamasi lahan-lahan kritis (misalnya A. ghaesembilla Gaertner, dapat mengungguli alang-alang yang tumbuh dl lahan itu, dan dapat menonjol sekali setelah terjadi kebakaran rumput tahunan). Buah buni yang berubah-ubah warnanya menyebabkan tanaman ini menjadi pohon hias yang menarik.

Sisipan

1. Matoa

Pometia pinnata

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

2. Kemang

Mangifera caesia

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Manfaat

Buah binjai yang mengandung banyak sari buah dan asam-manis rasanya dapat dimakan dalam keadaan segar setelah buahnya matang. Varietas yang dinamai 'wani', yang terutama dijumpai di Bali, juga di Kalimantan Timur, mirip sekali dengan binjai, tetapi di pasar lokal harganya lebih mahal, karena buahnya enak sekali, banyak mengandung sari buah dan rasanya manis, hampir tidak berserat, dan bau busuknya tidak ada sama sekali. Wani ini baik sekali untuk diolah menjadi es krim sari buah. Binjai seringkali digunakan untuk membuat sambal yang dimakan dengan ikan sungai. Di beberapa daerah, daging buah yang matang dijadikan asinan dan diawetkan dalam garam, dan disimpan dalam botol untuk membuat sambal jika tidak sedang musim buah.

3. Menteng

Baccuria racemosa

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

4. Namnam

Cynometro cauliflora

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Manfaat

Buah namnam yang masih muda rasanya asam sekali, tetapi kandungan asam ini akan menurun menjelang buah matang. Buah yang matang dapat dimakan dalam keadaan segar atau diolah dengan dicampur gula dijadikan manisan. Juga dapat dijadikan rujak, asinan, serta disiapkan dalam bentuk sambal yang khas (sambal namnam). Pohon namnam merupakan tanaman hias yang menarik untuk ditanam di pekarangan, dapat pula dipotkan dan ditumbuhkan sebagai bonsai. Kayunya tidak bermanfaat, sekalipun untuk kayu bakar.

5. Manggis

_

6. Bisbol/samolo

Diospyros philippensis

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

7. Buni

Antidesma reticulate

SK Gubernur DKI Jakarta Nomor : 2359/1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar